LAMPUNG BARAT, RABU - Dua ekor harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang dilepasliarkan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) di sekitar Tampang Belimbing (Tambling), Kabupaten Lampung Barat, terpantau telah masuk ke dalam hutan. Jelajah kedua harimau jantan yang diberi nama Pengeran dan Agam terus dipantau melalui alat pelacak satelit yang dipakaikan di leher mereka.
"Pemantauan terakhir, setelah dilepasliarkan kemarin pagi, saat ini kedua harimau itu telah masuk ke dalam hutan pada arah dan tempat berlainan sejauh beberapa kilometer ke dalam," kata Kepala Balai Besar TNBBS A Kurnia Rauf di Tambling, Rabu (23/7). Pemantauan dilakukan TNBBS, Dephut, Taman Safari Indonesia (TSI) Bogor, dan Artha Graha Peduli yang mensponsori pemindahan dan pelepasliaran kedua harimau itu.
Pemantauan itu juga untuk mengantisipasi kemungkinan kedua harimau masuk kampung atau membahayakan masyarakat yang tinggal di sekitar hutan TNBBS itu. Apalagi masih ada sekitar 500 jiwa warga di permukiman dalam hutan (enclave), di Pengekahan dalam hutan TNBBS di Lampung Barat itu, yang telah berdiam di sana sejak tahun 1940-an. Rencana relokasi belum berjalan, justru lebih dulu dilakukan pelepasliaran dua harimau itu.
Tiga harimau asal Aceh lainnya masih dirawat di kandang adaptasi yang dibantu perusahaan pengelola Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC) dari Artha Graha Grup. Dua harimau itu yang jantan, Buyung (6 tahun) dan Ucok (9 tahun), telah dikeluarkan dari kandang perawatan tempat sementara setelah dibawa dari Aceh, sejak Selasa (22/7) siang, ke dalam kandang adaptasi yang lebih luas dan dipagari kawat tinggi.
Tapi satu harimau betina, Panti (3), masih harus mendapatkan perawatan kesehatan lebih lanjut karena ada gangguan pada salah satu gigi gerahamnya. Direncanakan, tiga harimau asal Aceh yang tersisa itu, setelah dinilai layak, akan segera dilepasliarkan ke dalam hutan TNBBS itu dalam beberapa bulan mendatang.
Pemindahan dan pelepasliaran lima harimau itu merupakan bagian program penyelamatan dan perlindungan harimau sumatera yang termasuk satwa liar sangat langka dan dilindungi di dunia, dengan perkiraan populasi di hutan TNBBS seluas sekitar 350.000 ha mencapai 40-an ekor, dan populasi di hutan Sumatera sekitar 300-an ekor (sumber Kompas)
"Pemantauan terakhir, setelah dilepasliarkan kemarin pagi, saat ini kedua harimau itu telah masuk ke dalam hutan pada arah dan tempat berlainan sejauh beberapa kilometer ke dalam," kata Kepala Balai Besar TNBBS A Kurnia Rauf di Tambling, Rabu (23/7). Pemantauan dilakukan TNBBS, Dephut, Taman Safari Indonesia (TSI) Bogor, dan Artha Graha Peduli yang mensponsori pemindahan dan pelepasliaran kedua harimau itu.
Pemantauan itu juga untuk mengantisipasi kemungkinan kedua harimau masuk kampung atau membahayakan masyarakat yang tinggal di sekitar hutan TNBBS itu. Apalagi masih ada sekitar 500 jiwa warga di permukiman dalam hutan (enclave), di Pengekahan dalam hutan TNBBS di Lampung Barat itu, yang telah berdiam di sana sejak tahun 1940-an. Rencana relokasi belum berjalan, justru lebih dulu dilakukan pelepasliaran dua harimau itu.
Tiga harimau asal Aceh lainnya masih dirawat di kandang adaptasi yang dibantu perusahaan pengelola Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC) dari Artha Graha Grup. Dua harimau itu yang jantan, Buyung (6 tahun) dan Ucok (9 tahun), telah dikeluarkan dari kandang perawatan tempat sementara setelah dibawa dari Aceh, sejak Selasa (22/7) siang, ke dalam kandang adaptasi yang lebih luas dan dipagari kawat tinggi.
Tapi satu harimau betina, Panti (3), masih harus mendapatkan perawatan kesehatan lebih lanjut karena ada gangguan pada salah satu gigi gerahamnya. Direncanakan, tiga harimau asal Aceh yang tersisa itu, setelah dinilai layak, akan segera dilepasliarkan ke dalam hutan TNBBS itu dalam beberapa bulan mendatang.
Pemindahan dan pelepasliaran lima harimau itu merupakan bagian program penyelamatan dan perlindungan harimau sumatera yang termasuk satwa liar sangat langka dan dilindungi di dunia, dengan perkiraan populasi di hutan TNBBS seluas sekitar 350.000 ha mencapai 40-an ekor, dan populasi di hutan Sumatera sekitar 300-an ekor (sumber Kompas)